Arti Cinta
Episode (
Cinta ) kali ini, mengingatkan kita untuk hati - hati terhadap apa dan siapa
yang kita cintai. **waktu mau makan
ingat kamu, waktu bercermin ingat kamu, waktu mau belajar ingat kamu, waktu mau
tidur ingat kamu,....** ( kalo nggak salah dina mariana yang nyanyi, betul
nggak Mas Gugah ).
Demikianlah
kira-kira bunyi sebuah syair lagu (kalau nggak salah) yang pernah ngetrend.
Lagu itu memang bertema cinta. Cinta suci katanya. Eit... tapi tunggu dulu apa
benar cinta suci, apa benar cinta sejati. Atau sekedar cinta syahwati. Cinta
adalah karunia Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini karena
cintaNya.
Karenanya
alam dan dunia ini adalah lautan cinta. Cinta itu suka atau senang. Cinta itu
keinginan untuk memberi, demikian kata orang. Tapi bila mendengar kata cinta,
yang muncul di otak adalah pacar. Inilah kesalahan kebanyakan orang dalam
mengartikan cinta. Cinta yang mereka kenal adalah cinta syahwati. Apa memang sedemikian
rendah nilai cinta.
Cinta
memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Dan kekuatan cinta mampu membikin pribadi
yang nekat atau pribadi yang taat. Nekat dalam arti berani melanggar
aturan-aturan dari Allah. Sehingga sampai-sampai bilang, "Khan cuma-pegang-pegangan
tangan." Na'udzubillah min dzalik.
Kalau
bicara masalah cinta memang tak kan
habis-habis. Namun berapapun banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua
versi cinta, yaitu cinta imani (cinta robbani), adalah cinta yang berlandaskan
kepada keimanan, dan cinta syahwati, cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu
yang ditunggangi oleh syaithon laknatullah.
Cinta
imani inilah sesungguhnya yang merupakan cinta sejati. Tapi pengertian ini
telah diputar balik, sehingga cinta syahwati dianggap sebagai cinta suci yang
harus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, dengan bunuh diri misalnya.
Mahabbah
(kecintaan) seorang mu*min adalah harus berlandaskan keimanan. Dan kecintaan
tertinggi adalah kecintaan kepada Allah (mahabbatullah). Kecintaan kepada Allah
adalah mutlak dan di atas segala-galanya. Sedangkan bagi orang kafir sudah
jelas cintanya adalah cinta syahwati.
Ø Tanda-tanda Cinta
Cinta
secara umum mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama.
ü
Pertama adalah
banyak mengingat (pada yang dicintai). Sebagaimana syair lagu di atas, hatinya
selalu teringat dan terkenang kepada yang dicintai. Di mana-mana pun pokoknya
ingat deh. Apabila suatu saat secara tiba-tiba.disebutkan nama yang kita cintai,
maka hati kita tersentak. Hati kita deg-deg sir,"Ada apa ini." Demikian pula bila kita
mendapatkan surat
dari yang kita cintai. Maka bagi seorang mukmin karena kecintaan kepada Allah
adalah yang tertinggi, bila disebut namaNya, gemetarlah hatinya dan jika
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah imannya. (QS Al Anfal ayat 2).
ü
Kedua adalah
takjub dan kagum (kepada yang dicintai). Kalau sudah cinta katanya hidung pesek
jadi mancung. Atau bahkan tahi kambing dirasa coklat, ucap seorang penyanyi..
Karena begitu kagumnya kepada yang dicintai. Bagi cinta yang dilandasi syahwat,
kekaguman nya bersifat sementara dan tidak membekas dalam hati, karena manusia
mempunyai rasa selalu tidak puas. Maka tepatlah petunjuk Rasulullah SAW, bila
mencari istri, pilihlah karena agamanya sebagai prioritas utama, bukan
cantiknya, bukan kayanya, bukan kebangsawanannya. Kekaguman karena iman akan
memberikan hal yang berbeda, ia akan membekas dalam hati. Apalagi kekaguman
akan kebesaran dan kekuasaan Allah.
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami,tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka."
(QS Ali Imran ayat 191).
ü Ketiga dan keempat adalah ridlo (rela) dan pengorbanan. Seorang mu'min karena cintanya yang sangat
kepada Allah, ia akan rela mengorbankan segalanya demi mencapai keridloan Sang
Pemberi cinta, Allah SWT. Kalau cinta syahwati, keridloannya pun bersifat untuk
memenuhi hawa nafsunya saja. Karena jabatan mau saja menyembah-nyembah atasan.
Karena ridlo dengan si dia sampai-sampai
mengorbankan kehormatannya. Atau SPP amblas, sehingga orang tua yang
kalang kabut. Kecintaan kepada sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan
melahirkan rasa takut dan harap serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar
dan logis. Karena mencintainya, kita takut kehilangan, atau kawatir cinta kita diterima
apa nggak. Dan kita mengharapkan selalu dekat dengan yang kita cintai. Otomatis
supaya kekawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita terpenuhi, kita taat
kepada yang kita cintai.
Jika
dibilang,"Kalau cinta, traktir dong..." kemudian ia mentraktir dengan
uang SPP nya, maka ini adalah salah satu bentuk ketaatan. Tentu saja bentuk pengorbanannya
adalah uang SPP. Demikian pula bila diajak nonton film di bioskop, padahal yang
ngajak itu orang lain, kemudian mau, juga merupakan ketaatan. Ketaatan yang
salah. Ketaatan yang sesat.
Kecintaan
yang haq (yang berlandaskan iman) akan melahirkan ketakutan, pengharapan dan
ketaatan hanya kepadaNya. Meskipun memiliki tanda-tanda yang sama, tetap saja
antara cinta imani dan cinta syahwati adalah bertolak belakang. Karena yang satu
haq dan yang lain bathil.
Ø Prioritas dan
Peringkat-peringkat cinta
Dalam
cinta pun ada skala prioritas seperti halnya membelanjakan uang. Ada seseorang yang tidak
punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli baju tapi malahan membeli
sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian. Tentu saja orang-orang
berkata,"Orang itu sudah sinthing. Mbok ya beli baju dulu."
Demikianlah
kita harus punya prioritas cinta, supaya tidak dibilang sinthing. Untuk itu
kita harus mengenal apa yang disebut maratibul mahabbah (peringkat-peringkat
cinta). Dengan memahami peringkat-peringkat cinta ini mudah-mudahan kita tidak
terjerumus dalam syirik cinta.
ü
Peringkat
pertama
adalah tatayyum. Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk menghamba secara
mutlak dan melakukan pengorbanan sampai tetes darah penghabisan. Ini adalah
kecintaan tertinggi dan hanya kita berikan kepada Allah Rabbul 'alamin. Seorang
mukmin amat sangat cintanya kepada Allah. (QS Al Baqarah ayat 165).
ü
Peringkat
kedua
adalah 'isyq. Yaitu cinta yang melahirkan ketundukkan terhadap segala perintah dan
larangannya, membangkitkan sikap hormat yang tinggi, mengikuti dan membelanya.
Kecintaan seperti ini adalah hak Rasulullah. Namun 'isyq tidak mendorong
seseorang menjadi hamba Muhammad. Inilah yang membedakan dengan tatayyum.
ü
Peringkat
ketiga
adalah syauq (kerinduan). Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah wa rahmah (kasih
sayang), menjadi perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah cinta
antara mu*min dengan mu*min lainnya, antara orang tua dengan anak, antara suami
dengan istri, dengan saudara yang mukmin.
ü
Peringkat
keempat
adalah shababah. Ditujukan kepada sesama muslim yang akan melahirkan
ukhuwah (persaudaraan).
ü
Peringkat
kelima
adalah 'ithf (simpati). Ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati mendorong
seorang mu'min untuk menolong manusia ke jalan yang benar (dakwah). Bila hilang rasa simpati,
seseorang menjadi cuek, tak peduli dengan kerusakan masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
ü
Peringkat
keenam
dan yang paling sederhana adalah 'alaqah. yaitu kecintaan kepada selain yang di
atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan cinta ini dalam bentuk intifa' (memanfaatkan,
mendayagunakan). Cinta pada harta benda yang berlebihan membahayakan manusia
sendiri. Para salafusshalih berdoa kepada
Allah agar jangan sampai dunia menempati hati mereka, cukup di tangan saja.
Artinya jangan sampai dunia yang menguasai mereka tapi mereka yang menguasai
dunia.
Jadi
kecintaan tertinggi seorang mukmin adalah untuk Allah, kemudian Rasulullah
dan jihad di jalan Allah. Baru
setelah itu kepada orang tua, saudara yang mukmin, suami atau istri, anak
dan seterusnya.
"Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu kawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik."(QS At Taubah ayat 24).
Memang
manusia secara naluriah mempunyai rasa cinta kepada lawan jenis, anak-anak,
harta benda, seperti Firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 14.
"Dijadikan
indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang."
Namun
hal itu bukanlah legitimasi untuk menjadikan cinta syahwati sebagai yang dipuja
sedemikian rupa. Karena Allah telah menentukan batasan-batasan.
ü
Kecintaan
tertinggi
adalah untuk Allah, maka kecintaan kita kepada sesuatu adalah karena kecintaan
kita kepada Allah. Maksudnya sesuai dengan atura-aturan dari Allah. Kita boleh
mencintai lawan jenis, tapi caranya adalah yang sesuai dengan aturan Allah,
yaitu setelah menikah, bukan pacaran. Model pacaran itu bukan dari Allah, tapi
dari syaithon laknatullah.
Jika
kita lihat dalam realitas, banyak orang masih menempatkan kecintaan tidak pada
tempatnya. Ada
yang menempatkan cinta tertinggi untuk sesuatu selain Allah. Entah harta atau
yang lain-lain. Mereka lebih mencintai dunia daripada akherat. Inilah sikap
orang yang buta cinta. karena buta cinta dunia menjadi tuan, kekasih menjadi
pujaan. Menjadi ilah-ilah yang lain.
Ø Kelaziman Cinta
Ibnu
Taimiyah berkata,"Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah kesempurnaan
dari cinta pada kekasih." Apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang
disebut kelaziman cinta, lumrahnya sesorang kepada yang dicintainya. Lumrahnya
seseorang kepada yang dicintai adalah mencintai siapa-siapa dan apa apa yang
dicintai kekasih. Dan membenci siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih.
Jika
Allah mencintai nabi dan RasulNya, kita pun harus mencintai mereka. Allah
mencintai orang- orang yang beriman, amal sholeh, akhlaqul karimah, maka
demikian pula seharusnya dengan kita.
Allah
mencintai kebersihan. Bagaimana kita bisa disebut cinta kepada Allah kalau kita
tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci orang-orang kafir,
munafiq maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan tercela, seperti zina,
memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, korupsi maka kita wajib menjauh perbuatan-perbuatan
semacam ini.
Ø Aljabar Cinta
Aljabar
atau perhitungan cinta tidak sama dengan aljabar dalam pelajaran matematika
kita. Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2 sama dengan 50. Dalam
aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul dan jihad bukan
berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya. Sama sekali
bukan.
Kecintaan
seorang mukmin kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kepada yang lain tidak mengurangi
kecintaan kita kepada Allah. Karena pada dasarnya kecintaan kepada yang lain
bagi seorang mu*min adalah karena kecintaannya kepada Allah.
Mulai
sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan mana cinya syahwati. Maka jangan
sampai salah menempatkan cinta. Sehingga syair lagu di atas seharusnya
"waktu mau makan ingat Allah, waktu bercermin ingat Allah, waktu mau
belajar ingat Allah, waktu mau tidur ingat Allah..," dengan doa-doa yang
diajarkan Rasulullah SAW.
Wallahu
a'lam.
Maroji':
Majalah Ummi; Al Islam, Said Hawwa; Jundullah, Said Hawwa; Kuliah Tauhid, Muh.
Immadudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar